Senin, 23 Desember 2013

Berita Ekonomi Terpenting Tahun 2013

1. Kebijakan Pemerintah Meningkatkan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
minyak1
Pada tanggal 21 Juni 2013, pemerintah mengumumkan kebijakan kenaikan harga BBM yang berlaku efektif pada tanggal 22 Juni 2013, kebijakan ini mendapatkan banyak kritik karena dianggap memberatkan ekonomi masyarakat Indonesia. Kenaikan harga BBM jenis Premium yaitu BBM yang paling banyak dipakai oleh kendaraan bermotor dinaikkan harganya hingga 33%
2. Inflasi yang Membumbung Tinggi
inflasi indonesia
Dampak dari kenaikan harga BBM ini menyebabkan peningkatan laju inflasi, dari 5.9% pada bulan Juni menjadi 8,61% pada bulan Juli 2013, dan kemudian bergerak hingga mencapai puncaknya pada bulan Agustus sebesar 8.79% sekalipun kemudian terkoreksi di bulan September menjadi 8,4%.
3. Pembengkakan Defisit Transaksi Berjalan
jerman ekspor
Akibat kenaikan harga minyak global menyebabkan kenaikan nilai impor minyak dan gas bumi Indonesia, tanpa diimbangi kenaikan ekpor maka Neraca Perdagangan mengalami deficit pada tahun 2012 dan berlanjut ke tahun 2013. Pembengkakan deficit Transaksi Berjalan dimana pada kwartal pertama 2013 deficit hingga USD 5,3 milyar atau 2,3% dari PDB, kemudian deficit melebar hingga USD 9,9 milyar atau 4,4% dari PDB pada kwartal ke dua 2013, sedang pada kwartal ke tiga juga berlanjut deficit sebesar USD 8,4 milyar atau 3,8% dari PDB.
4. Jatuhnya Nilai Tukar RupiahIndonesian-Rupiah-Money-NotesRupiah mengalami tekanan pada tahun 2013, tekanan datang baik dari dalam maupun luar negeri, dimana dari dalam negeri akibat pembengkakan deficit transaksi berjalan, sedangkan tekanan dari luar negeri akibat rencana pengurangan stimulus dari The Fed. Rupiah mencapai nilai tukar terendah sejak Februari 2009, dimana pada 18 Desember 2013 mencapai nilai tukar Rp 12.178 per US dollar.
5. AnjloknyaIHSG  
ihsg bullish1
Melemahnya nilai tukar Rupiah dan potensi Tapering dari The Fed mengakibatkan IHSG anjlok tajam, dimana IHSG yang sempat mencapai puncaknya pada 20 Mei 2013 sejak 2008 di level 5.214,98, kemudian anjlok hingga level terendah pada 27 Agustus 2013 sejak Juni 2012 di level 3.967,84. Saat ini IHSG juga masih memiliki kecenderungan bearish.
6. Kenaikan Bunga Bank Indonesia
bi100
Menyikapi inflasi yang makin tinggi dan rupiah yang semakin terpuruk maka Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan suku bunga acuan pada bulan Juni 2013, dimana BI rate dinaikkan menjadi 7.5%, berarti sejak Juni hingga November 2013 BI rate telah naik 175 basis poin, dari 5,75% hingga 7,5%. Demikian sekilas refleksi ekonomi Indonesia pada tahun 2013, kita harapkan pada tahun 2014 akan lebih baik.

Senin, 16 Desember 2013

Ekspor Nonmigas Ke Thailand Agak Turun, Impor Nonmigas Dari Thailand Justru Meningkat

Kabar ekonomi mengenai perkembangan ekspor nonmigas ke negara tujuan Thailand menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan pelemahan yang ditunjukkan dengan adanya penurunan pada nilai ekspor ke negara tersebut. Nilai pada bulan Oktober dilaporkan hanya mencapai nilai 429.2 juta Dollar AS .

Sementara itu pada bulan sebelumnya ekspor nonmigas ke negara tersebut dapat mencapai nilai 439 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami penurunan sebesar -9.80 juta Dollar AS, atau amblas sebesar -2.23 %.

Laporan terkini dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Oktober secara total mencapai nilai 4418.8 juta Dollar AS. Data tersebut menunjukkan adanya penurunan sebesar -156.2 juta Dollar AS atau turun sekitar -3.41 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu mencapai nilai 4575 juta Dollar AS.

Impor nonmigas dari Thailand berdasarkan kepada laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang meningkat. Hal demikian ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai pada bulan Oktober dilaporkan dapat mencapai angka sekitar 884.5 juta Dollar AS (CIF).

Pada pada bulan sebelumnya impor nonmigas dari negara terkait hanya mencapai nilai 835.4 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada rentang Januari – Oktober mengalami penambahan sebesar + 49.1 juta Dollar AS, atau sekitar + 5.87 %.

Data terkini dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Oktober secara total mencapai angka 9212.7 juta Dollar AS. Perkembangan itu menunjukkan adanya penurunan sebesar -383 juta Dollar AS atau sekitar -3.99 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 9595.7 juta Dollar AS.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa pada analisa kurs BI hari ini Baht Thailand terpantau bergerak menekan Rupiah sekitar 18.14 % pada perdagangan valas dari awal Januari sampai dengan hari ini, sementara itu data terkini kurs BI (jual) Baht Thailand dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 377.39/THB dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 373.16/THB.

Selasa, 10 Desember 2013

Ekspor Nonmigas Ke Singapura Melemah, Impor Nonmigas dari Singapura Justru Meningkat

Berita ekonomi mengenai Ekspor nonmigas ke negara tujuan Singapura menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini , menunjukkan perkembangan melemah. Hal tersebut ditunjukkan dengan berkurangnya nilai ekspor ke negara Singapura , dimana nilai pada bulan Singapura dilaporkan hanya mencapai nilai 756 juta Dollar AS .

Sementara itu pada bulan sebelumnya ekspor nonmigas ke negara tersebut dapat mencapai nilai 833.5 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami pelemahan sebesar -77.5 juta Dollar AS, atau berkurang sebesar -9.29 %.

Laporan terbaru dari BPS juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Oktober secara total mencapai nilai 8673 juta Dollar AS. Perkembangan tersebut menunjukkan adanya kenaikan sebesar 186.9 juta Dollar AS atau sekitar 2.20 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu mencapai nilai 8486.1 juta Dollar AS.

Impor nonmigas dari Singapuramenurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang meningkat. Hal itu ditunjukkan dengan adanya kenaikan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana pada bulan Oktober dilaporkan dapat mencapai nilai sekitar 913 juta Dollar AS (CIF) .

Pada bulan sebelumnya impor nonmigas dari negara terkait hanya mencapai nilai 884 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada periode Januari – Oktober mengalami penambahan sebesar + 29 juta Dollar AS, atau sekitar + 3.28 %.

Data paling akhir dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Oktober secara total mencapai angka 8526.2 juta Dollar AS. Laporan itu menunjukkan adanya penurunan sebesar -372.29 juta Dollar AS atau sekitar -4.18 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 8898.5 juta Dollar AS.

Analis ekonomi Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa pada analisa kurs BI hari ini Dollar Singapura terpantau bergerak menguat sekitar 20.94 % terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valas dari awal Januari sampai dengan hari ini. Adapun kurs BI (jual) Dollar Singapura dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 9641.4/SGD dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 9541.53/SGD.

Senin, 02 Desember 2013

Ekspor dan Impor Nonmigas ke dan dari China Mengalami Peningkatan

Kabar ekonomi mengenai perkembangan ekspor nonmigas ke negara tujuan Cina menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kenaikan yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada nilai ekspor ke negara tersebut. Nilai ekspor pada bulan September dilaporkan dapat mencapai nilai 1621.9 juta Dollar AS .

Sementara itu pada bulan sebelumnya ekspor nonmigas ke negara tersebut hanya mencapai nilai 1480.3 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami kenaikan sebesar + 141.6 juta Dollar AS, atau mengalami penambahan sebesar + 9.56 %.

Laporan terkini dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan September secara total mencapai nilai 14871.8 juta Dollar AS. Data tersebut menunjukkan adanya penurunan sebesar -128.1 juta Dollar AS atau turun sekitar -0.85 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 14999.9 juta Dollar AS.

Perkembangan impor nonmigas dari negara asal Cina mengacu kepada laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan meningkat. Perkembangan ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai pada bulan September dilaporkan dapat mencapai angka sekitar 2759.1 juta Dollar AS (CIF).

Sementara itu kinerja impor nonmigas pada bulan sebelumnya hanya mencapai nilai 1993.8 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada rentang waktu Januari – September mengalami peningkatan sebesar + 765.3 juta Dollar AS, atau sekitar + 38.38 %.

Laporan terkini dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan September secara total mencapai nilai 22192.6 juta Dollar AS. Data ini menunjukkan adanya pertambahan sebesar + 759.69 juta Dollar AS atau sekitar + 3.54 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 21432.9 juta Dollar AS.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa pada analisa kurs BI hari ini Yuan Cina terpantau bergerak menguat sekitar 26.75 % terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valuta asing dari awal Januari samai dengan hari ini, sementara itu kurs BI (jual) Yuan Cina dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 1962.82/CNY dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 1943.25/CNY.

Senin, 25 November 2013

Ekspor dan Impor Nonmigas ke dan dari Inggris Alami Peningkatan

Kabar ekonomi mengenai perkembangan ekspor nonmigas ke negara tujuan Inggris menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan peningkatan. Hal itu ditunjukkan dengan adanya kenaikan pada nilai ekspor nonmigas ke negara tersebut dimana nilai pada bulan September dilaporkan dapat mencapai nilai 147 juta Dollar AS .

Sementara itu pada bulan sebelumnya ekspor nonmigas ke negara tersebut hanya mencapai nilai 110.2 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami penambahan sebesar + 36.8 juta Dollar AS, atau meningkat sebesar + 33.39 %.

Data terkini dari BPS juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan September secara total mencapai angka 1219.6 juta Dollar AS. Nilai tersebut menunjukkan adanya penurunan sebesar -81.80 juta Dollar AS atau meningkat sekitar -6.28 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 1301.4 juta Dollar AS.

Impor nonmigas dari Inggris berdasarkan kepada laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang membaik. Hal demikian ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai pada bulan September dilaporkan dapat mencapai angka sekitar 110.4 juta Dollar AS (CIF).

Pada pada bulan sebelumnya impor nonmigas dari negara terkait hanya mencapai nilai 98.4 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada rentang Januari – September mengalami penambahan sebesar + 12 juta Dollar AS, atau sekitar + 12.19 %.

Data terkini dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan September secara total mencapai angka 840.5 juta Dollar AS. Perkembangan itu menunjukkan adanya pelemahan sebesar -189.8 juta Dollar AS atau sekitar -18.42 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 1030.3 juta Dollar AS.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa pada analisa kurs BI hari ini Poundsterling Inggris terpantau bergerak menekan sekitar 19.76 % terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valas hari ini, sementara itu kurs BI (jual) Poundsterling Inggris dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 19052.24/GBP dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 18856.49/GBP.

Senin, 18 November 2013

Ekspor dan Impor Nonmigas ke dan dari Malaysia Mengalami Peningkatan

Kabar ekonomi Indonesia mengenai perkembangan ekspor nonmigas ke negara tujuan Malaysia menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kenaikan yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada nilai ekspor ke negara tersebut. Nilai ekspor pada bulan September dilaporkan dapat mencapai nilai 576.8 juta Dollar AS .

Sementara itu pada bulan sebelumnya ekspor nonmigas ke negara tersebut hanya mencapai nilai 533 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami kenaikan sebesar + 43.8 juta Dollar AS, atau mengalami penambahan sebesar + 8.21 %.

Laporan terkini dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan September secara total mencapai nilai 5508 juta Dollar AS. Data tersebut menunjukkan adanya penurunan sebesar -983.1 juta Dollar AS atau turun sekitar -15.14 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 6491.1 juta Dollar AS.

Dan perkembangan ekonomi Indonesia terhadap impor nonmigas dari Malaysia berdasarkan kepada laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang membaik. Hal demikian ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai pada bulan September dilaporkan dapat mencapai angka sekitar 529.6 juta Dollar AS (CIF).

Pada pada bulan sebelumnya impor nonmigas dari negara terkait hanya mencapai nilai 320.9 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada rentang Januari – September mengalami penambahan sebesar + 208.7 juta Dollar AS, atau sekitar + 65.03 %.

Data terkini dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan September secara total mencapai angka 4494 juta Dollar AS. Perkembangan itu menunjukkan adanya penurunan sebesar -251.4 juta Dollar AS atau sekitar -5.29 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 4745.4 juta Dollar AS.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa pada analisa kurs BI hari ini Ringgit Malaysia terpantau bergerak menguat sekitar 13.42 % terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valas dari awal Januari sampai dengan hari ini, sementara itu data terakhir kurs BI (jual) Ringgit Malaysia dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 3634.91/MYR dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 3595.25/MYR.

Senin, 11 November 2013

Ekspor dan Impor Nonmigas ke dan dari Thailand Melemah

Berita ekonomi mengenai ekspor nonmigas ke negara tujuan Thailand menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja melemah. BPS melaporkan bahwa nilai ekspor nonmigas ke negara tersebut pada bulan Agustus hanya mencapai nilai 340.4 juta Dollar AS .

Kinerja ekspor nonmigas bulan sebelumnya ke negara tersebut dapat mencapai nilai 459.7 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami pelemahan sebesar -119.3 juta Dollar AS, atau turun sebesar -25.95 %.

Laporan terbaru dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Agustus secara total mencapai nilai 3554.9 juta Dollar AS. Angka tersebut menunjukkan adanya pelemahan sebesar -17.19 juta Dollar AS atau turun sekitar -0.48 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu mencapai nilai 3572.1 juta Dollar AS.

Sementara itu kabar ekonomi mengenai impor nonmigas dari Thailand berdasarkan kepada laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang melemah Hal demikian ditunjukkan dengan adanya penurunan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai pada bulan Agustus dilaporkan hanya mencapai angka sekitar 747.7 juta Dollar AS (CIF).

Kinerja impor nonmigas bulan sebelumnya dari negara itu dapat mencapai nilai 990.9 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada rentang Januari – Agustus mengalami penurunan sebesar -243.2 juta Dollar AS, atau sekitar -24.54 %.

Data terkini dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Agustus secara total mencapai angka 7492.8 juta Dollar AS. Perkembangan itu menunjukkan adanya pengurangan sebesar -165.59 juta Dollar AS atau sekitar -2.16 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu dapat mencapai nilai 7658.4 juta Dollar AS.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa pada analisa kurs BI hari ini Baht Thailand terpantau bergerak menguat sekitar 14.44 % terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valuta asing dari awal Januari sampai dengan hari ini, sementara itu data terakhir kurs BI (jual) Baht Thailand dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 365.58/THB dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 361.48/THB.

Rabu, 06 November 2013

Ekspor dan Impor Nonmigas Ke dan Dari ASEAN Mengalami Penurunan

Berita ekonomi mengenai ekspor nonmigas ke ASEAN Lainnya menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang melemah. Perkembangan itu ditunjukkan dengan memburuknya nilai ekspor ke negara tersebut, dimana nilai pada bulan Agustus hanya mencapai nilai 546.1 juta Dollar AS .

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa ekspor nonmigas ke negara tersebut pada bulan sebelumnya dapat mencapai nilai 622.7 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami pengurangan sebesar -76.6 juta Dollar AS, atau memburuk sebesar -12.30 %.

Data paling akhir dari BPS juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Agustus secara total mencapai angka 4704 juta Dollar AS. Laporan tersebut menunjukkan adanya kenaikan sebesar 382.2 juta Dollar AS atau naik sekitar 8.84 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu mencapai nilai 4321.8 juta Dollar AS.

Impor nonmigas dari ASEAN Lainnya menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang negatif. Hal itu ditunjukkan dengan menurunnya nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai impor nonmigas pada bulan Agustus hanya mencapai angka 230.4 juta Dollar AS (CIF).

Sementara itu kinerja impor nonmigas pada bulan sebelumnya dapat mencapai nilai 355 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada periode Januari – Agustus menunjukkan kinerja melemah sebesar -124.6 juta Dollar AS, atau sekitar-35.09 %.

Data paling akhir dari BPS juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Agustus secara total mencapai angka 2341.4 juta Dollar AS. Laporan tersebut menunjukkan adanya kenaikan sebesar 102.3 juta Dollar AS atau sekitar 4.56 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu dapat mencapai nilai 2239.1 juta Dollar AS.

Analisa ekonomi Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa pada analisa kurs BI hari ini Dollar Amerika Serikat terpantau bergerak terangkat sekitar 17.59 % terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valas dari awal Januari sampai dengan hari ini, sementara itu kurs BI (jual) Dollar Amerika Serikat dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 11446/USD dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 11332/USD.

Selasa, 29 Oktober 2013

Ekspor dan Impor Nonmigas ke dan dari Perancis Menurun

Berita ekonomi mengenai ekspor nonmigas ke Perancis yang mengacu kepada laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan performa melemah. Lembaga tersebut melaporkan adanya penurunan pada nilai ekspor nonmigas, dimana nilai pada bulan Agustus dilaporkan hanya mencapai nilai 72.1 juta Dollar AS .

Dilaporkan juga bahwa bulan sebelumnya ekspor nonmigas ke negara tersebut dapat mencapai nilai 105.8 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami pelemahan sebesar -33.7 juta Dollar AS, atau berkurang sebesar -31.85 %.

Data paling akhir dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Agustus secara total mencapai angka 708.9 juta Dollar AS. Nilai tersebut menunjukkan adanya pelemahan sebesar -63.30 juta Dollar AS atau turun sekitar -8.19 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu mencapai nilai 772.2 juta Dollar AS.

Impor nonmigas dari Perancis berdasarkan kepada laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang melemah. Hal demikian ditunjukkan dengan adanya penurunan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai pada bulan Agustus dilaporkan hanya mencapai angka sekitar 96.3 juta Dollar AS (CIF).

Kinerja impor nonmigas bulan sebelumnya dari negara itu dapat mencapai nilai 119.6 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada rentang Januari – Agustus mengalami penurunan sebesar -23.3 juta Dollar AS, atau sekitar-19.48 %.

Data terkini dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Agustus secara total mencapai angka 1045.6 juta Dollar AS. Perkembangan itu menunjukkan adanya pengurangan sebesar -89.60 juta Dollar AS atau sekitar -7.89 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu dapat mencapai nilai 1135.2 juta Dollar AS.

Analisa ekonomi Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa pada analisa kurs BI hari ini Euro terpantau bergerak menekan Rupiah sekitar 18.33 % pada perdagangan valas dari awal Januari sampai dengan hari ini. Sementara itu data terakhir kurs BI (jual) Euro dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 15296.24/EUR dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 15141/EUR.

Senin, 21 Oktober 2013

Ekspor dan Impor Nonmigas ke dan dari Korea Selatan Masih Menurun

Kabar ekonomi Indonesia hari ini terkait ekspor nonmigas ke negara tujuan Korea Selatan menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang melemah. Perkembangan itu ditunjukkan dengan memburuknya nilai ekspor ke negara tersebut, dimana nilai pada bulan Agustus hanya mencapai nilai 454.2 juta Dollar AS .

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa ekspor nonmigas ke negara tersebut pada bulan sebelumnya dapat mencapai nilai 500.4 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami pengurangan sebesar -46.2 juta Dollar AS, atau memburuk sebesar -9.23 %.

Data paling akhir dari BPS juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Agustus secara total mencapai angka 4069.1 juta Dollar AS. Laporan tersebut menunjukkan adanya pelemahan sebesar -486.4 juta Dollar AS atau turun sekitar -10.67 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu mencapai nilai 4555.5 juta Dollar AS.

Impor nonmigas dari Korea Selatan mengacu kepada laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan performa melemah. Perkembangan ini ditunjukkan dengan adanya pelemahan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai pada bulan Agustus dilaporkan hanya mencapai nilai sekitar 563.1 juta Dollar AS (CIF).

BPS juga melaporkan bahwa bulan sebelumnya impor nonmigas dari negara itu dapat mencapai nilai 791.9 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada rentang tempo Januari – Agustus mengalami penurunan sebesar -228.8 juta Dollar AS, atau sekitar-28.89 %.

Data paling akhir dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Agustus secara total mencapai angka 6108.8 juta Dollar AS. Nilai itu menunjukkan adanya kenaikan sebesar 636.7 juta Dollar AS atau sekitar 11.63 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu dapat mencapai nilai 5472.1 juta Dollar AS.

Analis ekonomi Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa pada analisa kurs BI hari ini Won Korea Selatan terpantau bergerak menguat sekitar 17.50 % terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valas dari awal Januari sampai degan hari ini. Adapun kurs BI (jual) Won Korea Selatan dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 10.74/KRW dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 10.63/KRW.

Jumat, 18 Oktober 2013

Ekspor dan Impor Nonmigas ke dan dari Australia Sama-Sama Melemah

Masih seputar ekonomi indonesia dimana ekspor nonmigas ke negara tujuan Australia menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini , menunjukkan perkembangan memburuk. Hal tersebut ditunjukkan dengan berkurangnya nilai ekspor ke negara ini , dimana nilai pada bulan Agustus dilaporkan hanya mencapai nilai 201.3 juta Dollar AS .

Laporan BPS juga menunjukkan bahwa pada bulan sebelumnya ekspor nonmigas ke negara tersebut dapat mencapai nilai 258.8 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami pelemahan sebesar -57.5 juta Dollar AS, atau berkurang sebesar -22.21 %.

Laporan terbaru dari BPS juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Agustus secara total mencapai nilai 1789.8 juta Dollar AS. Perkembangan tersebut menunjukkan adanya pelemahan sebesar -344.7 juta Dollar AS atau turun sekitar -16.14 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu mencapai nilai 2134.5 juta Dollar AS.

Sementara itu berita ekonomi lainnya terkait impor nonmigas dari Australia berdasarkan kepada laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang melemah. Hal demikian ditunjukkan dengan adanya penurunan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai pada bulan Agustus dilaporkan hanya mencapai angka sekitar 313.2 juta Dollar AS (CIF).

Kinerja impor nonmigas bulan sebelumnya dari negara itu dapat mencapai nilai 447.2 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada rentang Januari – Agustus mengalami penurunan sebesar -134 juta Dollar AS, atau sekitar -29.96 %.

Data terkini dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Agustus secara total mencapai angka 3146.4 juta Dollar AS. Perkembangan itu menunjukkan adanya pengurangan sebesar -181.2 juta Dollar AS atau sekitar -5.44 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu dapat mencapai nilai 3327.6 juta Dollar AS.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa Dollar Australia terpantau bergerak menguat sekitar 6.08 % terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valas hari ini, sementara itu kurs BI (jual) Dollar Australia dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 10814.59/AUD dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 10701.68/AUD.

Senin, 30 September 2013

Ekspor dan Impor Nonmigas ke Korea Selatan Mengalami Peningkatan

Berita ekonomi hari ini datang dari perkembangan ekspor nonmigas ke negara tujuan Korea Selatan menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kenaikan yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada nilai ekspor nonimgas ke negara tersebut. Nilai pada bulan Juli dilaporkan dapat mencapai nilai 500.6 juta Dollar AS .

Sementara itu kinerja ekspor nonmigas pada bulan sebelumnya hanya mencapai nilai 491.3 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami kenaikan sebesar + 9.30 juta Dollar AS, atau mengalami penambahan sebesar + 1.89 %.

Laporan terkini dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Juli secara total mencapai nilai 3615 juta Dollar AS. Data tersebut menunjukkan adanya penurunan sebesar -431.6 juta Dollar AS atau turun sekitar -10.66 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 4046.6 juta Dollar AS.

Impor nonmigas dari negara asal Korea Selatan menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang meningkat. Hal itu ditunjukkan dengan adanya kenaikan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai pada bulan Juli dapat mencapai angka 791.9 juta Dollar AS (CIF).

Laporan terkait juga menyebutkan bahwa impor nonmigas dari negara terkait hanya mencapai nilai 688.3 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada periode Januari – Juli mengalami kenaikan sebesar + 103.6 juta Dollar AS, atau sekitar + 15.05 %.

Data paling akhir dari BPS juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Juli secara total mencapai angka 5455.7 juta Dollar AS. Laporan tersebut menunjukkan adanya kenaikan sebesar + 487.8 juta Dollar AS atau sekitar + 9.81 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 4967.9 juta Dollar AS.

Analisa ekonomi Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa pada analisa kurs BI hari ini Won Korea Selatan terpantau bergerak menguta tajam sekitar 17.83 % terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valas dari awal Januari sampai dengan hari ini. Adapun kurs BI (jual) Won Korea Selatan dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 10.77/KRW dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 10.66/KRW.

Rabu, 25 September 2013

Ekspor dan Impor Nonmigas ke AS Menunjukkan Sinyal Positif

Berita ekonomi hari ini datang dari sektor ekspor dan impor diamana ekspor nonmigas ke Amerika Serikat menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang membaik dan perkembangan tersebut ditunjukkan dengan adanya kenaikan pada nilai ekspor nonmigas. Nilai pada bulan Juli dilaporkan dapat mencapai nilai 1482.3 juta Dollar AS .

Pada pada bulan sebelumnya ekspor nonmigas ke negara tersebut hanya mencapai nilai 1284.6 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami peningkatan sebesar + 197.7 juta Dollar AS, atau naik sebesar + 15.39 %.

Data terkini dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Juli secara total mencapai angka 9026.6 juta Dollar AS. Perkembangan tersebut menunjukkan adanya kenaikan sebesar + 290.70 juta Dollar AS atau menguat sekitar + 3.32 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 8735.9 juta Dollar AS.

Perkembangan impor nonmigas dari negara asal Amerika Serikat mengacu kepada laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan meningkat. Perkembangan ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai pada bulan Juli dilaporkan dapat mencapai angka sekitar 818.9 juta Dollar AS (CIF).

Sementara itu kinerja impor nonmigas pada bulan sebelumnya hanya mencapai nilai 742 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada rentang waktu Januari – Juli  mengalami peningkatan sebesar + 76.9 juta Dollar AS, atau sekitar + 10.36 %.

Laporan terkini dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Juli secara total mencapai nilai 5380.8 juta Dollar AS. Data ini menunjukkan adanya penurunan sebesar  -1239.3 juta Dollar AS atau sekitar  -18.72 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 6620.1 juta Dollar AS.

Analis ekonomi Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa Dollar Amerika Serikat  terpantau bergerak terangkat naik sangat tajam sekitar 19.11 % terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valas sejak awal Januari sampai dengan hari ini, sementara itu kurs BI (jual) Dollar Amerika Serikat dengan rate Bank Indonesia  terkini berada pada kisaran Rp. 11593/USD dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 11477/USD.

Senin, 16 September 2013

Akankah Terulang Krisis Ekonomi Indonesia Tahun 1997-1998?

Sebelum melihat kabar ekonomi mengenai bagaimana prospek dan potensi terulangnya krisis seperti pada tahun 1997-1998, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu asal mula atau indikasi terjadinya krisis pada tahun 1997-1998.

Krisis 1997 Bermula dari Thailand
Krisis finansial yang melanda Asia pada tahun 97-98 bermula dari ulah spekulan terhadap mata uang Thailand, yakni Baht. Pada bulan Mei 1997, Baht terkena serangan para spekulan, namun pemerintah Thailand memutuskan untuk tidak akan mendevaluasi mata uangnya.

Namun untuk mempertahankan nilai mata uangnya, diperlukan cadangan devisa yang besar dan cadangan devisa dari Thailand pada saat itu ternyata tidak kuat untuk mendukung sistem mata uang “mengambang terkendali” yang dianut Thailand, sehingga pada bulan Juli 1997 akhirnya pemerintah Thailand harus mengubah sistem mata uangnya menjadi free-float market.

Pada akhirnya, mata uang Thailand Baht terdevaluasi tajam terhadap US Dollar dan mencapai angka terendah senilai 56 Baht per 1 USD pada bulan Januari 1998.

Hal inilah yang menjadi awal mula krisis finansial di Thailand, yang pada akhirnya menyebar ke beberapa negara Asia lainnya, salah satunya adalah Indonesia yang terkena imbasnya secara sangat signifikan.

Spekulan Merajalela, Indonesia Terancam
Saat ini, ulah spekulan tampaknya kembali menampakkan dirinya, seiring dengan glontoran dana stimulus secara besar-besaran oleh AS dalam rangka menanggulangi krisis pada tahun 2008 silam, negara-negara berkembang di Asia tidak terkecuali Indonesia telah kebanjiran “hot money” atau “uang panas”.

Namun saat ini, indikasi cukup kuat bahwa bank sentral AS akan mulai menarik program stimulusnya, sehingga hal ini membuat para spekulan berbondong-bondong menarik investasinya dari Indonesia. Ulah spekulan inilah yang akhirnya mengakibatkan mata uang Rupiah terdevaluasi tajam saat ini.

Baru spekulasi saja, Rupiah sudah tersungkur, apalagi jika The Fed nanti memang jadi melaksanakan rencana penarikan program stimulusnya pada bulan September 2013 mendatang, maka tidak menutup kemungkinan kalau nasib mata uang Rupiah akan cukup mengenaskan. Hingga akhir bulan Agustus 2013 ini, nilai spot Rupiah saja sudah diperdagangkan di kisaran Rp 10.945 per USD.

Layaknya seperti Thailand pada tahun 1997, cadangan devisa dari Indonesia saat ini dinilai tidak akan kuat untuk menopang pelemahan nilai tukar Rupiah secara terus menerus. Dibulan Juni 2013 saja, cadangan devisa Indonesia sudah menurun ke bawah level 100 miliar USD dan di bulan Juli 2013 dilaporkan sudah menyusut hingga tersisa sekitar 92 miliar USD.

Jika Rupiah terus terdevaluasi, maka ekonomi Indonesia akan kembali terancam dilanda krisis, terutama perusahaan-perusahaan dalam negeri yang mempunyai utang yang besar dalam bentuk US Dollar. Jika perusahaan-perusahaan tersebut pada akhirnya banyak yang bangkrut, hal ini akan berakibat melonjaknya tingkat pengangguran secara signifikan dan mengikis daya beli masyarakat.

Pada akhirnya, hal tersebut berujung ke tidak berputarnya roda perekonomian, dengan kata lain terjadi krisis ekonomi.
Sebagai informasi, sebelum krisis tahun 1997 terjadi, nilai tukar Rupiah berada di kisaran 2600 Rupiah per USD. Krisis yang bermula dari Thailand ini akhirnya mengakibatkan Rupiah jatuh hingga ke level 11000 Rupiah per USD pada 9 Januari 1998, bahkan nilai spot Rupiah sempat diperdagangkan pada kisaran 15000 per USD pada paruh pertama tahun 1998.

Krisis finansial ini mengakibatkan Indonesia kehilangan hampir 14% dari GDP-nya di tahun 1998 dan terjadi inflasi besar-besaran hingga mencapai 77% di tahun 1998.

Maka kesimpulannya, sangat penting saat ini bagi pemerintah Indonesia untuk menciptakan kebijakan-kebijakan yang efektif dalam rangka stabilisasi nilai tukar Rupiah. Jika pemerintah Indonesia gagal mempertahankan Rupiah, seperti Thailand pada tahun 1997 yang gagal mempertahankan mata uangnya, maka tidak menutup kemungkinan krisis layaknya seperti tahun 1997-1998 bisa saja kembali terjadi di tanah air.Sebelum melihat bagaimana prospek dan potensi terulangnya krisis seperti pada tahun 1997-1998, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu asal mula atau indikasi terjadinya krisis pada tahun 1997-1998.

Krisis 1997 Bermula dari Thailand
Krisis finansial yang melanda Asia pada tahun 97-98 bermula dari ulah spekulan terhadap mata uang Thailand, yakni Baht. Pada bulan Mei 1997, Baht terkena serangan para spekulan, namun pemerintah Thailand memutuskan untuk tidak akan mendevaluasi mata uangnya.

Namun untuk mempertahankan nilai mata uangnya, diperlukan cadangan devisa yang besar dan cadangan devisa dari Thailand pada saat itu ternyata tidak kuat untuk mendukung sistem mata uang “mengambang terkendali” yang dianut Thailand, sehingga pada bulan Juli 1997 akhirnya pemerintah Thailand harus mengubah sistem mata uangnya menjadi free-float market.

Pada akhirnya, mata uang Thailand Baht terdevaluasi tajam terhadap US Dollar dan mencapai angka terendah senilai 56 Baht per 1 USD pada bulan Januari 1998.

Hal inilah yang menjadi awal mula krisis finansial di Thailand, yang pada akhirnya menyebar ke beberapa negara Asia lainnya, salah satunya adalah Indonesia yang terkena imbasnya secara sangat signifikan.

Spekulan Merajalela, Indonesia Terancam
Saat ini, ulah spekulan tampaknya kembali menampakkan dirinya, seiring dengan glontoran dana stimulus secara besar-besaran oleh AS dalam rangka menanggulangi krisis pada tahun 2008 silam, negara-negara berkembang di Asia tidak terkecuali Indonesia telah kebanjiran “hot money” atau “uang panas”.

Namun saat ini, indikasi cukup kuat bahwa bank sentral AS akan mulai menarik program stimulusnya, sehingga hal ini membuat para spekulan berbondong-bondong menarik investasinya dari Indonesia. Ulah spekulan inilah yang akhirnya mengakibatkan mata uang Rupiah terdevaluasi tajam saat ini.

Baru spekulasi saja, Rupiah sudah tersungkur, apalagi jika The Fed nanti memang jadi melaksanakan rencana penarikan program stimulusnya pada bulan September 2013 mendatang, maka tidak menutup kemungkinan kalau nasib mata uang Rupiah akan cukup mengenaskan. Hingga akhir bulan Agustus 2013 ini, nilai spot Rupiah saja sudah diperdagangkan di kisaran Rp 10.945 per USD.

Layaknya seperti Thailand pada tahun 1997, cadangan devisa dari Indonesia saat ini dinilai tidak akan kuat untuk menopang pelemahan nilai tukar Rupiah secara terus menerus. Dibulan Juni 2013 saja, cadangan devisa Indonesia sudah menurun ke bawah level 100 miliar USD dan di bulan Juli 2013 dilaporkan sudah menyusut hingga tersisa sekitar 92 miliar USD.

Jika Rupiah terus terdevaluasi, maka ekonomi Indonesia akan kembali terancam dilanda krisis, terutama perusahaan-perusahaan dalam negeri yang mempunyai utang yang besar dalam bentuk US Dollar. Jika perusahaan-perusahaan tersebut pada akhirnya banyak yang bangkrut, hal ini akan berakibat melonjaknya tingkat pengangguran secara signifikan dan mengikis daya beli masyarakat.

Pada akhirnya, hal tersebut berujung ke tidak berputarnya roda perekonomian, dengan kata lain terjadi krisis ekonomi.
Sebagai informasi, sebelum krisis tahun 1997 terjadi, nilai tukar Rupiah berada di kisaran 2600 Rupiah per USD. Krisis yang bermula dari Thailand ini akhirnya mengakibatkan Rupiah jatuh hingga ke level 11000 Rupiah per USD pada 9 Januari 1998, bahkan nilai spot Rupiah sempat diperdagangkan pada kisaran 15000 per USD pada paruh pertama tahun 1998.

Krisis finansial ini mengakibatkan Indonesia kehilangan hampir 14% dari GDP-nya di tahun 1998 dan terjadi inflasi besar-besaran hingga mencapai 77% di tahun 1998.

Maka kesimpulannya, sangat penting saat ini bagi pemerintah Indonesia untuk menciptakan kebijakan-kebijakan yang efektif dalam rangka stabilisasi nilai tukar Rupiah. Jika pemerintah Indonesia gagal mempertahankan Rupiah, seperti Thailand pada tahun 1997 yang gagal mempertahankan mata uangnya, maka tidak menutup kemungkinan krisis layaknya seperti tahun 1997-1998 bisa saja kembali terjadi di tanah air.

Kamis, 29 Agustus 2013

Saat Rupiah Masih Stagnan, BI Rate Dinaikkan 50 bps untuk Stabilkan Ekonomi

Rupiah Kamis Stagnan; Pasar Saham ReboundKabar ekonomi pada sesi perdagangan hari ini mata uang rupiah tampak mulai memasuki pola konsolidasi (29/08). Nilai tukar rupiah berhasil dijinakkan setelah bank sentral mengeluarkan beberapa kebijakan terkait investasi valas untuk menahan laju penurunan rupiah.

Terpantau pergerakan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) relatif datar hari ini, tidak seperti perdagangan sebelumnya yang selalu naik turun dalam rentang yang lebar.

Pada sesi perdagangan Kamis pada pembukaan pagi tadi dolar dibuka di Rp 10.930 per dollar AS. Posisi mata uang lokal ini sudah sempat mengalami kenaikan hingga mencapai level Rp10.913 per dollar AS. Akan tetapi saat ini rupiah tampak kembali ke posisi Rp10.940 per dollar.

Tertahannya penurunan rupiah tersebut tidak lepas pula dari kinerja bursa saham lokal yang mulai bergerak menguat sejak kemarin. Hari ini IHSG kembali melanjutkan kenaikan perdagangan kemarin yang sebesar 1.5 persen. Pada pembukaan perdagangan pagi tadi IHSG bertengger di atas level 4000 poin.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting menilai bahwa pergerakan rupiah masih berpotensi untuk melemah. Apabila ada sinyal yang makin jelas bahwa The Fed akan segera mengurangi stimulus, mata uang lokal ini bisa saja kembali mengalami tekanan jual.

Sementara itu untuk memperkuat kebijakan moneter yang dibuat pekan lalu, rapat Dewan Gubernur BI siang ini (29/9) memutuskan menaikkan BI rate sebesar 50 basis poin dari 6,5% menjadi 7%. Dewan Gubernur BI beranggapan tingkat suku bunga ini sesuai untuk mengamankan kestabilan serta mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 2014.

Tekanan dan ketidakpastian perekonomian global ke depan masih relatif tinggi, baik terkait dengan waktu dan besarnya pengurangan stimulus moneter oleh the Fed, penurunan harga komoditas, maupun perlambatan pertumbuhan dunia.

Sehubungan dengan itu, dalam RDG Bulanan tersebut Dewan Gubernur memutuskan menempuh langkah-langkah lanjutan untuk memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial dalam pengendalian inflasi, stabilisasi nilai tukar Rupiah, penurunan defisit transaksi berjalan, serta penguatan ketahanan makroekonomi dan stabilisasi sistem keuangan.

Berbagai langkah kebijakan yang ditetapkan Dewan Gubernur BI tersebut disadari akan berdampak pada penurunan kinerja perekonomian dalam jangka pendek, namun diyakini dapat memperkuat kesinambungan perekonomian nasional dalam jangka menengah-panjang.

Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan FKSSK untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan, khususnya dalam pengendalian inflasi, stabilitas nilai tukar Rupiah dan pasar keuangan, penurunan defisit transaksi berjalan dan kesehatan neraca pembayaran, serta penguatan manajemen risiko dan ketahanan sektor keuangan.

Kamis, 01 Agustus 2013

Ekspor dan Impor Nonmigas dari AS Masih Terus Naik

 Ekspor Nonmigas Ke AS Masih Melaju NaikEkspor nonmigas ke negara tujuan AS menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang membaik. Perkembangan itu ditunjukkan dengan adanya kenaikan pada nilai ekspor ke negara tersebut, dimana pada bulan Mei dapat mencapai nilai 1303.1 juta Dollar AS .

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa pada bulan sebelumnya hanya mencapai nilai 1203.6 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami penguatan sebesar + 99.5 juta Dollar AS, atau bertambah sebesar + 8.26 %.

Data paling akhir dari BPS juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Mei secara total mencapai angka 6259.8 juta Dollar AS. Laporan tersebut menunjukkan adanya penguatan sebesar + 117.40 juta Dollar AS atau bertambah sekitar + 1.91 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 6142.4 juta Dollar AS.

Impor nonmigas dari Amerika Serikat mengacu kepada laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan performa meningkat. Perkembangan ini ditunjukkan dengan adanya penguatan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai pada bulan Mei dilaporkan dapat mencapai nilai sekitar 956.8 juta Dollar AS (CIF).

Dilaporkan juga bahwa bulan sebelumnya impor nonmigas dari negara terkait hanya mencapai nilai 942.3 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada rentang tempo Januari - Mei mengalami kenaikan sebesar + 14.5 juta Dollar AS, atau sekitar + 1.53 %.

Data paling akhir dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Mei secara total mencapai angka 3819.2 juta Dollar AS. Nilai itu menunjukkan adanya penurunan sebesar 863.6 juta Dollar AS atau sekitar -18.44 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 4682.8 juta Dollar AS.

Analis ekonomi Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa Dollar Amerika Serikat terpantau bergerak terangkat sekitar 6.12 % terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valas dari awal Januari sampai dengan hari ini, sementara itu kurs BI (jual) Dollar Amerika Serikat dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 10329/USD dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 10227/USD. Selengkapnya bisa lihat disini.

Rabu, 10 Juli 2013

Dunia Bisa Kena Imbasnya Jika Ekonomi China Terus Tunjukkan Sinyal Melambat

Ekonomi China Terus Tunjukkan Sinyal Melambat; Dunia Bisa Kena GetahnyaBerita ekonomi hari ini datang dari berlanjutnya perlambatan pada pertumbuhan aktivitas manufaktur di China tampak pada turunnya PMI manufaktur di bulan Juni lalu. Hari ini data aktivitas manufaktur dari pemerintah China maupun dari HSBC kompak memperlihatkan penurunan. Kondisi di China ini merupakan sebuah gambaran bahwa risiko perlambatan ekonomi China membebani perekonomian global.

PMI manufaktur berada di level 50.1, menurut Biro Statistik China hari ini. Angka ini sesuai dengan prediksi para pelaku pasar sebelumnya. Indeks ini mengalami penurunan dibandingkan dengan indeks pada bulan Mei sebelumnya yang berada di level 50.8 poin.

Sementara itu hasil yang lebih mengecilkan hati berasal dari data yang dirilis oleh HSBC. PMI manufaktur yang dirilis HSBC memperlihatkan angka sebesar 48.2 poin, turun jauh dibandingkan dengan level sebelumnya di 49.2 poin. Angka di bawah 50 poin menunjukkan bahwa terjadi kontraksi pada sektor manufaktur di negara tersebut.

Melemahnya permintaan dari dalam dan luar negeri untuk produk-produk China membebani sektor manufaktur bulan Juni lalu. Turunnya pesanan dan peningkatan inventori mengakibatkan indeks berada di kisaran level kontraksi.

Buruk Bagi Ekonomi Dunia

China yang selama ini menjadi motor yang menahan melemahnya ekonomi global, kini justru menjadi ancaman bagi ekonomi global. China memainkan peranan penting di dalam kondisi ekonomi dunia. Apabila trend melemah di negara ini terus berlanjutnya, kondisi ekonomi global akan memburuk.

Melambatnya pertumbuhan aktivitas manufaktur tampaknya akan menjadikan Li Keqiang sebagai perdana menter pertama yang tidak mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi tahunan sejak krisis keuangan menimpa Asia tahun 1998 lalu.

Target pertumbuhan ekonomi China sendiri sudah direvisi oleh HSBC. Saat ini HSBC menargetkan pertumbuhan ekonomi China di tahun 2013 di level 7.4 persen, atau turun dari estimasi sebelumnya yang ada di level 8.2 persen. Target pertumbuhan ekonomi HSBC ini berada di bawah target pemerintah China yang sebesar 7.5 persen.

Ekspansi diperkirakan akan melambat untuk dua kuartal berturut-turut, berdasarkan estimasi para analis. Kondisi ini disebabkan oleh melambatnya permintaan ekspor dan usaha pemerintah untuk meredam pertumbuhan sektor kredit guna menghadang risiko spekulasi di pasar “perbankan bayangan”.

Usaha pemerintah dan bank sentral China untuk menurunkan likuiditas di dalam system perbankan China menjadi kekhawatiran tersendiri di kalangan para pelaku pasar. Minggu lalu bursa Shanghai anjlok cukup dalam akibat kenaikan suku bunga pinjaman antar bank, yang merupakan imbas dari pengetatan likuiditas di China.

Meskipun demikian Presiden Xi Jinping menegaskan bahwa kinerja ekonomi tidak bisa hanya semata-mata diukur berdasarkan pertumbuhan ekonomi. Xi mengatakan bahwa faktor-faktor seperti peningkatan kesejahteraan, perkembangan sosial dan lingkungan juga harus dijadikan bahan pertimbangan kesuksesan sebuah negara dan pemerintahnya.

Selasa, 09 Juli 2013

Disaat Ekspor Nonmigas ke Negara Jepang Turun, Impor Nonmigas Dari Jepang Malah Naik

Ekspor Nonmigas Ke Jepang Kembali TurunBerita ekonomi hari datang dari ekspor nonmigas ke negara tujuan Jepang menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan perkembangan memburuk. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih turunnya nilai ekspor nonmigas ke negara ini, dimana nilai pada bulan April dilaporkan hanya mencapai nilai 1297.2 juta Dollar AS.

Laporan BPS juga menunjukkan bahwa pada bulan sebelumnya ekspor nonmigas ke negara tersebut dapat mencapai nilai 1336 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami pelemahan sebesar -38.8 juta Dollar AS, atau berkurang sebesar -2.90 %.

Laporan terbaru dari BPS juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan April secara total mencapai nilai 5400.8 juta Dollar AS. Perkembangan tersebut menunjukkan adanya penurunan sebesar -284.09 juta Dollar AS atau turun sekitar -4.99 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu mencapai nilai 5684.9 juta Dollar AS.

Sementara itu impor nonmigas dari Jepang berdasarkan kepada laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang meningkat. Hal demikian ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai pada bulan April dilaporkan dapat mencapai angka sekitar 1871 juta Dollar AS (CIF).

Pada pada bulan sebelumnya impor nonmigas dari negara terkait hanya mencapai nilai 1556.9 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada rentang Januari - April mengalami penambahan sebesar + 314.1 juta Dollar AS, atau sekitar + 20.17 %.

Data terkini dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan April secara total mencapai angka 6522.1 juta Dollar AS. Perkembangan itu menunjukkan adanya penurunan sebesar -1211.8 juta Dollar AS atau sekitar -15.6%, dimana pada periode yang sama tahun lalu dapat mencapai nilai 7733.9 juta Dollar AS.

Analisa fundamental Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa Yen Jepang terpantau bergerak turun sekitar -11.53 % terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valas dari awal Januari sampai dengan hari ini. Adapun kurs BI (jual) Yen Jepang dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 99.03/JPY dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 98.03/JPY.

Rabu, 19 Juni 2013

Defisit Anggaran RAPBN Masih Menjaga Kondisi Makro Ekonomi


Jakarta - Defisit anggaran yang ditetapkan dalam RAPBN-Perubahan 2013 sebesar 2,38 persen terhadap PDB dapat memberikan kepastian kepada kondisi perekonomian nasional secara keseluruhan. Menurut Menteri Keuangan Chatib Basri defisit ini memberikan gambaran kepada pasar dan masyarakat bahwa kondisi makro bisa dikendalikan.

Pernyataan ini disampaikan dalam rapat Panitia Kerja (Panja) A yang meliputi asumsi makro, pendapatan dan defisit anggaran yang mana Badan Anggaran menyetujui hasil pembahasan tersebut. Berita ekonomi ini tentu memiliki dampak tersendiri bagi pasar.

Salah satu hasil Panja A yang disepakati tersebut adalah penurunan defisit anggaran dari 2,48 persen terhadap PDB atau Rp233,7 triliun, menjadi 2,38 persen terhadap PDB atau Rp224,1 triliun. Defisit anggaran tersebut terjadi karena pendapatan negara meningkat dari draf RAPBN-Perubahan awal yaitu Rp1.488,3 triliun menjadi Rp1.502 triliun dan belanja negara dari Rp1.722 triliun menjadi Rp1.726,1 triliun.

Persetujuan Badan Anggaran ini memperlihatkan pemerintah dan DPR RI berupaya untuk menjaga ketahanan anggaran dan menyakinkan pelaku pasar bahwa perekonomian nasional dalam kondisi baik. DPR berhasil membuat defisit lebih rendah dari proposal yang diajukan pemerintah, karena jika defisit 2,38 persen, kekhawatiran untuk defisit lebih dari tiga persen tidak akan terjadi.

Dengan adanya kepastian terkait postur pendapatan dan defisit anggaran, maka pemerintah mendapatkan sinyal yang lebih positif terkait kenaikan harga BBM bersubsidi, yang menurut rencana dilakukan setelah pembahasan RAPBN-Perubahan berakhir pada 17 Juni 2013.

Mengenai kepastian tanggal kenaikan harga BBM menurut Menkeu itu keputusan Presiden namun setelah APBN selesai, maka pemerintah bisa dapat gambaran untuk kenaikan ini.

Dari pendapatan negara sebesar Rp1.502 triliun, pemerintah menargetkan penerimaan perpajakan sebesar Rp1.148,3 triliun atau meningkat Rp9 triliun dari draf awal RAPBN-Perubahan sebesar Rp1.139,3 triliun. Penambahan penerimaan perpajakan sebesar Rp9 triliun tersebut berasal dari pendapatan PPh non migas Rp4,5 triliun, pendapatan PPh migas Rp3,5 triliun dan penerimaan cukai sebesar Rp1 triliun.

Selain itu, target penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga meningkat sebesar Rp4,6 triliun, yaitu dari draf awal Rp344,4 triliun menjadi senilai Rp349,1 triliun. Dengan berkurangnya defisit anggaran, pemerintah juga menurunkan beban pembiayaan melalui utang dan terlihat dari penurunan target penerbitan SBN sebanyak Rp9,5 triliun dari draf awal Rp241,3 triliun menjadi Rp231,8 triliun.

Sementara, dari belanja negara sebesar Rp1.726,1 triliun, sebanyak Rp1.196,8 triliun merupakan belanja pemerintah pusat dan sebesar Rp610,5 triliun dialokasikan untuk belanja Kementerian Lembaga. Dari tambahan belanja pemerintah pusat sebesar Rp14,22 triliun, sebanyak Rp11,39 triliun berasal dari belanja Kementerian Lembaga, karena dari penghematan belanja yang ditargetkan Rp24,6 triliun hanya Rp13,2 triliun yang disepakati dalam rapat di komisi terkait.

Belanja subsidi BBM mengalami penurunan sebanyak Rp10 triliun dari draf awal sebesar Rp209,9 triliun menjadi Rp199,8 triliun, dengan volume BBM bersubsidi tidak mengalami perubahan yaitu tetap 48 juta kiloliter.

Pembahasan lebih lanjut terkait postur belanja sedang dilakukan dalam rapat Panitia Kerja (Panja) B yang khusus membahas soal belanja, sehingga belum mendapatkan kesepakatan dalam Badan Anggaran.

Sebelumnya, asumsi makro dalam RAPBN-Perubahan 2013 yang telah disepakati dalam rapat Badan Anggaran antara lain pertumbuhan ekonomi 6,3 persen, laju inflasi 7,2 persen, nilai tukar Rp9.600 per dolar AS, suku bunga SPN 3 bulan 5 persen, harga ICP minyak 108 dolar AS per barel, lifting minyak 840.000 barel per hari dan lifting gas 1.240 ribu barel per hari setara minyak.