Rabu, 10 Juli 2013

Dunia Bisa Kena Imbasnya Jika Ekonomi China Terus Tunjukkan Sinyal Melambat

Ekonomi China Terus Tunjukkan Sinyal Melambat; Dunia Bisa Kena GetahnyaBerita ekonomi hari ini datang dari berlanjutnya perlambatan pada pertumbuhan aktivitas manufaktur di China tampak pada turunnya PMI manufaktur di bulan Juni lalu. Hari ini data aktivitas manufaktur dari pemerintah China maupun dari HSBC kompak memperlihatkan penurunan. Kondisi di China ini merupakan sebuah gambaran bahwa risiko perlambatan ekonomi China membebani perekonomian global.

PMI manufaktur berada di level 50.1, menurut Biro Statistik China hari ini. Angka ini sesuai dengan prediksi para pelaku pasar sebelumnya. Indeks ini mengalami penurunan dibandingkan dengan indeks pada bulan Mei sebelumnya yang berada di level 50.8 poin.

Sementara itu hasil yang lebih mengecilkan hati berasal dari data yang dirilis oleh HSBC. PMI manufaktur yang dirilis HSBC memperlihatkan angka sebesar 48.2 poin, turun jauh dibandingkan dengan level sebelumnya di 49.2 poin. Angka di bawah 50 poin menunjukkan bahwa terjadi kontraksi pada sektor manufaktur di negara tersebut.

Melemahnya permintaan dari dalam dan luar negeri untuk produk-produk China membebani sektor manufaktur bulan Juni lalu. Turunnya pesanan dan peningkatan inventori mengakibatkan indeks berada di kisaran level kontraksi.

Buruk Bagi Ekonomi Dunia

China yang selama ini menjadi motor yang menahan melemahnya ekonomi global, kini justru menjadi ancaman bagi ekonomi global. China memainkan peranan penting di dalam kondisi ekonomi dunia. Apabila trend melemah di negara ini terus berlanjutnya, kondisi ekonomi global akan memburuk.

Melambatnya pertumbuhan aktivitas manufaktur tampaknya akan menjadikan Li Keqiang sebagai perdana menter pertama yang tidak mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi tahunan sejak krisis keuangan menimpa Asia tahun 1998 lalu.

Target pertumbuhan ekonomi China sendiri sudah direvisi oleh HSBC. Saat ini HSBC menargetkan pertumbuhan ekonomi China di tahun 2013 di level 7.4 persen, atau turun dari estimasi sebelumnya yang ada di level 8.2 persen. Target pertumbuhan ekonomi HSBC ini berada di bawah target pemerintah China yang sebesar 7.5 persen.

Ekspansi diperkirakan akan melambat untuk dua kuartal berturut-turut, berdasarkan estimasi para analis. Kondisi ini disebabkan oleh melambatnya permintaan ekspor dan usaha pemerintah untuk meredam pertumbuhan sektor kredit guna menghadang risiko spekulasi di pasar “perbankan bayangan”.

Usaha pemerintah dan bank sentral China untuk menurunkan likuiditas di dalam system perbankan China menjadi kekhawatiran tersendiri di kalangan para pelaku pasar. Minggu lalu bursa Shanghai anjlok cukup dalam akibat kenaikan suku bunga pinjaman antar bank, yang merupakan imbas dari pengetatan likuiditas di China.

Meskipun demikian Presiden Xi Jinping menegaskan bahwa kinerja ekonomi tidak bisa hanya semata-mata diukur berdasarkan pertumbuhan ekonomi. Xi mengatakan bahwa faktor-faktor seperti peningkatan kesejahteraan, perkembangan sosial dan lingkungan juga harus dijadikan bahan pertimbangan kesuksesan sebuah negara dan pemerintahnya.

Selasa, 09 Juli 2013

Disaat Ekspor Nonmigas ke Negara Jepang Turun, Impor Nonmigas Dari Jepang Malah Naik

Ekspor Nonmigas Ke Jepang Kembali TurunBerita ekonomi hari datang dari ekspor nonmigas ke negara tujuan Jepang menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan perkembangan memburuk. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih turunnya nilai ekspor nonmigas ke negara ini, dimana nilai pada bulan April dilaporkan hanya mencapai nilai 1297.2 juta Dollar AS.

Laporan BPS juga menunjukkan bahwa pada bulan sebelumnya ekspor nonmigas ke negara tersebut dapat mencapai nilai 1336 juta Dollar AS. Dengan demikian kinerja ekspor nonmigas pada periode tersebut mengalami pelemahan sebesar -38.8 juta Dollar AS, atau berkurang sebesar -2.90 %.

Laporan terbaru dari BPS juga menunjukkan bahwa ekspor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan April secara total mencapai nilai 5400.8 juta Dollar AS. Perkembangan tersebut menunjukkan adanya penurunan sebesar -284.09 juta Dollar AS atau turun sekitar -4.99 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu mencapai nilai 5684.9 juta Dollar AS.

Sementara itu impor nonmigas dari Jepang berdasarkan kepada laporan Biro Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan kinerja yang meningkat. Hal demikian ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai pada bulan April dilaporkan dapat mencapai angka sekitar 1871 juta Dollar AS (CIF).

Pada pada bulan sebelumnya impor nonmigas dari negara terkait hanya mencapai nilai 1556.9 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada rentang Januari - April mengalami penambahan sebesar + 314.1 juta Dollar AS, atau sekitar + 20.17 %.

Data terkini dari Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan April secara total mencapai angka 6522.1 juta Dollar AS. Perkembangan itu menunjukkan adanya penurunan sebesar -1211.8 juta Dollar AS atau sekitar -15.6%, dimana pada periode yang sama tahun lalu dapat mencapai nilai 7733.9 juta Dollar AS.

Analisa fundamental Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa Yen Jepang terpantau bergerak turun sekitar -11.53 % terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valas dari awal Januari sampai dengan hari ini. Adapun kurs BI (jual) Yen Jepang dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 99.03/JPY dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 98.03/JPY.