Berita ekonomi hari ini datang dari berlanjutnya perlambatan pada pertumbuhan aktivitas manufaktur di China tampak pada turunnya PMI manufaktur di bulan Juni lalu. Hari ini data aktivitas manufaktur dari pemerintah China maupun dari HSBC kompak memperlihatkan penurunan. Kondisi di China ini merupakan sebuah gambaran bahwa risiko perlambatan ekonomi China membebani perekonomian global.
PMI manufaktur berada di level 50.1, menurut Biro Statistik China hari ini. Angka ini sesuai dengan prediksi para pelaku pasar sebelumnya. Indeks ini mengalami penurunan dibandingkan dengan indeks pada bulan Mei sebelumnya yang berada di level 50.8 poin.
Sementara itu hasil yang lebih mengecilkan hati berasal dari data yang dirilis oleh HSBC. PMI manufaktur yang dirilis HSBC memperlihatkan angka sebesar 48.2 poin, turun jauh dibandingkan dengan level sebelumnya di 49.2 poin. Angka di bawah 50 poin menunjukkan bahwa terjadi kontraksi pada sektor manufaktur di negara tersebut.
Melemahnya permintaan dari dalam dan luar negeri untuk produk-produk China membebani sektor manufaktur bulan Juni lalu. Turunnya pesanan dan peningkatan inventori mengakibatkan indeks berada di kisaran level kontraksi.
Buruk Bagi Ekonomi Dunia
China yang selama ini menjadi motor yang menahan melemahnya ekonomi global, kini justru menjadi ancaman bagi ekonomi global. China memainkan peranan penting di dalam kondisi ekonomi dunia. Apabila trend melemah di negara ini terus berlanjutnya, kondisi ekonomi global akan memburuk.
Melambatnya pertumbuhan aktivitas manufaktur tampaknya akan menjadikan Li Keqiang sebagai perdana menter pertama yang tidak mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi tahunan sejak krisis keuangan menimpa Asia tahun 1998 lalu.
Target pertumbuhan ekonomi China sendiri sudah direvisi oleh HSBC. Saat ini HSBC menargetkan pertumbuhan ekonomi China di tahun 2013 di level 7.4 persen, atau turun dari estimasi sebelumnya yang ada di level 8.2 persen. Target pertumbuhan ekonomi HSBC ini berada di bawah target pemerintah China yang sebesar 7.5 persen.
Ekspansi diperkirakan akan melambat untuk dua kuartal berturut-turut, berdasarkan estimasi para analis. Kondisi ini disebabkan oleh melambatnya permintaan ekspor dan usaha pemerintah untuk meredam pertumbuhan sektor kredit guna menghadang risiko spekulasi di pasar “perbankan bayangan”.
Usaha pemerintah dan bank sentral China untuk menurunkan likuiditas di dalam system perbankan China menjadi kekhawatiran tersendiri di kalangan para pelaku pasar. Minggu lalu bursa Shanghai anjlok cukup dalam akibat kenaikan suku bunga pinjaman antar bank, yang merupakan imbas dari pengetatan likuiditas di China.
Meskipun demikian Presiden Xi Jinping menegaskan bahwa kinerja ekonomi tidak bisa hanya semata-mata diukur berdasarkan pertumbuhan ekonomi. Xi mengatakan bahwa faktor-faktor seperti peningkatan kesejahteraan, perkembangan sosial dan lingkungan juga harus dijadikan bahan pertimbangan kesuksesan sebuah negara dan pemerintahnya.
PMI manufaktur berada di level 50.1, menurut Biro Statistik China hari ini. Angka ini sesuai dengan prediksi para pelaku pasar sebelumnya. Indeks ini mengalami penurunan dibandingkan dengan indeks pada bulan Mei sebelumnya yang berada di level 50.8 poin.
Sementara itu hasil yang lebih mengecilkan hati berasal dari data yang dirilis oleh HSBC. PMI manufaktur yang dirilis HSBC memperlihatkan angka sebesar 48.2 poin, turun jauh dibandingkan dengan level sebelumnya di 49.2 poin. Angka di bawah 50 poin menunjukkan bahwa terjadi kontraksi pada sektor manufaktur di negara tersebut.
Melemahnya permintaan dari dalam dan luar negeri untuk produk-produk China membebani sektor manufaktur bulan Juni lalu. Turunnya pesanan dan peningkatan inventori mengakibatkan indeks berada di kisaran level kontraksi.
Buruk Bagi Ekonomi Dunia
China yang selama ini menjadi motor yang menahan melemahnya ekonomi global, kini justru menjadi ancaman bagi ekonomi global. China memainkan peranan penting di dalam kondisi ekonomi dunia. Apabila trend melemah di negara ini terus berlanjutnya, kondisi ekonomi global akan memburuk.
Melambatnya pertumbuhan aktivitas manufaktur tampaknya akan menjadikan Li Keqiang sebagai perdana menter pertama yang tidak mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi tahunan sejak krisis keuangan menimpa Asia tahun 1998 lalu.
Target pertumbuhan ekonomi China sendiri sudah direvisi oleh HSBC. Saat ini HSBC menargetkan pertumbuhan ekonomi China di tahun 2013 di level 7.4 persen, atau turun dari estimasi sebelumnya yang ada di level 8.2 persen. Target pertumbuhan ekonomi HSBC ini berada di bawah target pemerintah China yang sebesar 7.5 persen.
Ekspansi diperkirakan akan melambat untuk dua kuartal berturut-turut, berdasarkan estimasi para analis. Kondisi ini disebabkan oleh melambatnya permintaan ekspor dan usaha pemerintah untuk meredam pertumbuhan sektor kredit guna menghadang risiko spekulasi di pasar “perbankan bayangan”.
Usaha pemerintah dan bank sentral China untuk menurunkan likuiditas di dalam system perbankan China menjadi kekhawatiran tersendiri di kalangan para pelaku pasar. Minggu lalu bursa Shanghai anjlok cukup dalam akibat kenaikan suku bunga pinjaman antar bank, yang merupakan imbas dari pengetatan likuiditas di China.
Meskipun demikian Presiden Xi Jinping menegaskan bahwa kinerja ekonomi tidak bisa hanya semata-mata diukur berdasarkan pertumbuhan ekonomi. Xi mengatakan bahwa faktor-faktor seperti peningkatan kesejahteraan, perkembangan sosial dan lingkungan juga harus dijadikan bahan pertimbangan kesuksesan sebuah negara dan pemerintahnya.